Pergi
by: Imania F


Ketika lampu kota sudah mulai mati.
Bising berganti sunyi.
Saat itu pula ragaku terjaga.
Jiwaku menyala.
Pikiranku terbuka, mengais-ngais ingatan masa lalu yang tajam.
Tentang sepotong hati yang menemukan pasangannya. 

Mengapa gambaran wajahmu selalu ada di kala aku memejamkan mata dan membuka mata?
Mengapa raut wajah itu tak pernah pergi barang sedikitpun?
Apakah ini cinta?
Namun bagiku cinta itu menyenangkan.
Aku harusnya bahagia.

Konon katanya, jatuh cinta itu sakit.
Karena mengawali kata sifat dengan kata kerja "Jatuh"
Tapi aku tak jatuh cinta.
Aku mencintainya.
Tidak cukupkah penjelasanku?

Begini-begini.
Singkatnya, aku mencintaimu.
Mencintai tiap lekukan senyummu yang entah sudah kau tunjukkan kepada berapa wanita.
Mencintai tiap pejaman matamu yang entah sudah dipakai untuk menatap berapa wanita.

Tolong pergi yang jauh.
Aku tak mau dekat-dekat dengan sakit hati.
Biarlah kamu dengan pilihanmu dan aku menyembuhkan hati dengan caraku sendiri. 
Lagipula, asing dan sendiri tak begitu miris.
Aku bisa mencintai diriku sendiri lebih banyak. 

Aku harus pergi.
Titip salam dengan mataharimu. 
Jangan biarkan dia sepertiku. 
Terjebak dengan ketidak beruntungan atas cinta yang bertepuk sebelah tangan. 

Popular Posts