Pulang
by: Imania F


Pulang, katanya.
Aku tertawa.
Tersisa berapa puing-puing yang kau tinggalkan?
Apalagi yang tersisa dari rumah yang dulu pondasinya kuat lalu kau hancurkan dengan sebegitu niat?
Tersisa apalagi selain gelak tawa dan senyuman sinis yang kau tinggalkan di ujung pintu ketika kewarasan sudah tak dapat memenuhi ragaku?

Tolong jangan suruh aku lihat rumah itu lagi.
Jangan suruh aku menengok ke belakang melihat tumpukan puing-puing sampah yang mengenaskan.
Jangan suruh aku mengais-ngais masa lalu yang begitu menyeramkan.
Jangan suruh aku kembali pulang ke sudut jalan yang begitu mencekam.
Meski katanya, sudah kau perbaiki rumah itu.
Tetap, ketenangan sudah tak dapat kau hadirkan di rumah itu.

Walau kini aku sendiri tak punya rumah.
Tak mempunyai tempat pulang yang nyaman.
Namun kembali ke rumah itu adalah mimpi buruk bagiku.
Lupakan saja, tinggalkan saja.
Doakan aku segera bertemu dengan rumah yang pondasinya tak akan hancur meski di hantam ribuan ombak tinggi di lautan. 

Popular Posts